Tari Saman dikenal sebagai tarian
asli masyarakat Gayo,
karena tarian ini lahir di Aceh
Tengah. Banyak masyarakat modern di Asia, Australia dan Eropa, berusaha mengadopsi keharmonisan dan kecepatan gerakan Tari Saman ini. Namun, keaslian tarian ini tidak pernah bisa ditiru
karena esensinya hanya bisa kita
temukan di Aceh. Dipentaskan oleh sekelompok penari tradisional dan kebanyakan
mengenakan seragam berwarna-warni yang cerah, tarian ini kerap menyihir
penonton dalam tarikan nafas ritme gerak nan rancak, cepat dan dinamis.
Dimulai dengan persalaman, yang terdiri dari rengum dan salam. Ya, rengum, suara bergumam dari para penari. Walau tak terdengar jelas, namun sebenarnya mereka memuji dan membesarkan nama Allah
SWT dengan lafaz: Hmm laila la ho, Hmm
laila la ho, Hmm tiada Tuhan selain Allah, Hmm tiada Tuhan selain Allah.
Penonton pun terdiam seketika saat
mendengar gumaman para penari dan ikut larut bersama emosi para penari. Rengum ini diucapkan dengan suara rendah
namun menggema. Menggetarkan panggung dan jiwa-jiwa para penari bersama penonton. Saat itu, suasana hening langsung tercipta. Penonton diajak ikut khidmat dalam
mentauhidkan Allah SWT.
Gerak tarinya sendiri tampak sederhana. Kepala tertunduk dan tangan bersikap sembah. Rengum menunjukkan penyerahan diri
kepada Allah SWT, sekaligus intro untuk menyamakan vokal dan konsentrasi para
penari. Setelah tercipta suasana khidmat, berlanjut
dengan persalaman. Ucapan salam yang ditujukan kepada seluruh penonton dengan
ucapan Assalamualaikum. Kemudian, sang pemimpin (biasa disebut syekh) tari meminta izin
untuk bermain Saman.......
(Selanjutnya,
simak pada edisi cetak No.03/II/2015 [Maret]. Dapatkan di Toko Buku
Gramedia, Gunung Agung, Books & Beyond, Koperasi Mahasiswa, dll).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar