Majalah "Prestasi Anak Nusantara"

Senin, 13 April 2015

Museum Perumusan Naskah Proklamasi




Selama ini, sebagian besar dari kita hanya mengenal Monumen Proklamator yang berdiri di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat, lokasi bekas rumah Bung Karno. Kita hampir-hampir tidak mengenal nama Museum Naskah Proklamasi, tempat perumusan naskah proklamasi Kemerdekaan RI sebelum dibacakan di rumah Bung Karno pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945. Sebuah rantai historis perjalanan proklamasi dan potret perjuangan masa-masa menjelang kemerdekaan.

Museum Naskah Proklamasi. Terletak di Myakodori Nomor 1 (sekarang Jalan Imam Bonjol Nomor 1) Jakarta Pusat, berada di sebelah barat Gereja Ayam Taman Surapati, tidak jauh dari Gedung Bappenas.


Pada mulanya, gedung museum ini merupakan rumah yang digunakan konsul Inggris. Rumah ini dirancang supaya tampak representatif sepanjang zaman. Rumah rancangan arsitek Blakenberg ini berkarakter anggun dan sedikit reserved dengan gaya Art Deco. Rumah dengan luas bangunan 1.138 meter persegi ini berdiri di atas lahan seluas 3.914 meter persegi. Dibangun pada pertengahan 1920-an oleh asuransi Nillmij. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai oleh British Consul General sampai Jepang datang menduduki Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Rumah ini dianggap aman dari gangguan sewenang-wenang Angkatan Darat Jepang (Rikugun).

Lalu di mana kandungan nilai historis bangunan ini dalam kisah perjuangan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia? Ceritanya begini, bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari, Tadashi Maeda meminjamkan ruang makan rumah ini kepada para pejuang Republik untuk bermusyawarah merumuskan naskah atau teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Musyawarah perumusan naskah proklamasi itu dilakukan oleh pemimpin Indonesia (Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Subardjo), yang disaksikan oleh kalangan tokoh pemuda (Sukarni, Soediro dan B.M. Diah). Soekarno sendiri yang menuliskan naskah atau teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di atas sehelai kertas. Sedangkan Bung Hatta dan Mr. Achmad Subardjo merumuskan secara lisan.


Setelah selesai, mereka menuju serambi depan. Di situ telah hadir 25 orang tokoh perjuangan kemerdekaan. Di antaranya adalah Mr. Johannes Latoeharhary, Ki Bagoes Hadji Hadikoesoemo, Mr. Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara,       R. Otto Iskandardinata, Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat, Mr. Soetardjo Kartohadikusumo, Prof. Dr. Mr. R. Soepomo, R. Soekardjo Wirjopranoto, Dr. G.S.S.J. Ratulangi, B.M. Diah, Sukarni, Chaerul Saleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Andi Pangerang, Andi Sultan Daeng Radja dan Semaun Bakry.


Pada pukul 04.00, secara lisan Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah disetujui, naskah diketik oleh Sayuti Melik. Enam jam kemudian, pukul 10.00 WIB, bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI yang diiringi dengan pengibaran bendera Merah-Putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar