Gemebyar OSEBI (Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia) 2014 berakhir
dengan sejumlah torehan prestasi yang mengagumkan. Tepatnya pada medio Februari
2014 lalu, grand final OSEBI 2014 berlangsung di Sasono Langen Budoyo,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Dan, “Tari Kuau” yang digubah oleh
siswa-siswi SMAN 8 Muaro Jambi (Jambi) sukses menyabet juara untuk kategori
lomba tari kreasi Nusantara.
Para siswa-siswi SMAN 8 Muaro Jambi itu berhak mendapatkan hadiah
berupa uang pembinaan Rp7 juta. Tari Kuau menjadi juara setelah
mengalahkan dua finalis lainnya, yaitu “Tari Lintang” karya siswi SMAN Sumatera
Selatan dan “Tari Bentang Khatulistiwa” karya siswa SMA Pribadi Bandung. Tari Lintang
menjadi juara kedua dan berhak atas hadiah uang pembinaan Rp5 juta, sedangkan
Tari Bentang Khatulistiwa memperoleh uang pembinaan Rp3 juta. Adapun tiga
finalis lain yang belum berkesempatan mendapatkan predikat juara adalah “Tari
Pincuran” karya SMP Islam Raudhatul Jannah (Sumatera Barat), “Tari Gading Alit”
oleh SMAN 10 Malang (Jawa Timur), dan “Tari Wanoja” oleh SMA Pribadi Bandung.
Tari Kuau
merupakan sebuah tarian yang menampilkan cerita tentang seorang pemuda dan
empat Burung Kuau, salah satu hewan yang berhabitat di Muaro Jambi. Kini,
spesies burung itu hampir punah. Penampilan tarian yang diiringi perpaduan
suara gendang dan senandung jolo dengan musik modern itu, mengisahkan seorang
pemuda yang terpesona akan keelokan dan keanggunan sekawanan Burung Kuau.
Di awal adegan tari, satu dari empat Burung Kuau terjebak di bawah
tiang-tiang yang berbalutkan akar dan dedaunan, mewakili dedahanan atau
perangkap yang disiapkan untuk menangkap Burung Kuau. Sang pemuda yang melihat keadaan
itu tergerak hatinya untuk membebaskan si Burung Kuau, untuk bergabung dengan
kawanannya. Kemudian sang pemuda ikut larut dalam gerak kompak dan rampak tari-tarian
kawanan Burung Kuau, seolah merayakan salah satu anggotanya yang terbebas dari
keadaan sulit.
Penampilan para penari benar-benar menakjubkan. Mereka menyuguhkan
tarian yang berkarakter, indah, dan mempesona. Itu jelas bukan hasil latihan
satu-dua kali, tapi merupakan kerja keras berkali-kali. Boleh jadi karena itu,
dewan juri pun terpukau oleh penampilan Tari Kuau. Para juri terdiri
atas Sunu Warsono (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jakarta),
Ida Bagus Ketut Sudiyasa dan Dian Savitri (Dosen Fakultas Seni dan Bahasa
Universitas Negeri Jakarta), Rina Susilawati (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan) serta Huseyin Khan (dari PASIAD, Asosiasi Solidaritas Sosial dan
Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifik).
Tampil sebagai juara dua, Tari Lintang juga tak kalah
mempesona. Bercerita tentang Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Ada penari yang
berdiri di atas nampan, dengan tangan membawa lilin, yang mengekspresikan perjalanan
menuju nirwana. Sementara itu, penampilan para siswa yang begitu luwes dalam
Tari Bentang Khatulistiwa pun sangat mengesankan. Sebuah tarian yang
mengadopsi sejumlah gerakan tari tradisional yang sudah termasyhur dari beberapa
daerah seperti Tari Saman (Aceh), Tari Pendet dan Kecak
(Bali) serta Tari Perang (Papua).
Selain kategori tari kreasi Nusantara, OSEBI 2014 juga memberikan
anugerah para juara dari lima kategori lain. Masing-masing adalah Menyanyi
Solo, Baca Puisi, Penulisan Esai, Penulisan Puisi dan Penulisan Cerita Pendek.
Untuk lomba Menyanyi Solo dimenangi oleh Jessica Hesyana dari SMP Darma Yudha,
Pekanbaru (Riau). Untuk itu, Jessica berhak mendapatkan hadiah uang pembinaan
Rp4 juta.
Untuk kategori Baca Puisi dimenangkan oleh Tri Meilani Ameliya
dari SMA Pribadi, Bandung. Penulisan Puisi oleh Fadilah Mutiara Maharani dari SD
Islam Raudhatul Jannah (Sumatera Barat). Penulisan Esai oleh Ratna Bintari dari
SMA Semesta, Semarang (Jawa Tengah). Sementara untuk kategori Penulisan Cerita
Pendek dimenangkan oleh Marselia Alifiani dari SMP Negeri 14 Kota Pekalongan
(Jawa Tengah). Para pemenang itu pun berhak mendapatkan hadiah uang pembinaan
masing-masing Rp4 juta.
OSEBI 2014 juga memberikan penghargaan kepada dua guru di bidang
Seni dan Bahasa Indonesia yang dinilai berprestasi. Untuk guru seni diberikan
kepada Dafnedi pengajar SMAN 7 Sarolangun, Jambi. Sedangkan untuk guru bahasa
Indonesia diberikan kepada Hj. Marmiyanah, guru SMAN 3 Unggulan Kayuagung, Sumatera
Selatan.
OSEBI merupakan perlombaan tingkat nasional yang diadakan oleh
PASIAD. OSEBI 2014 merupakan penyelenggaraan kali ketiga setelah pertama kali
digelar pada tahun 2012. Ketua Umum OSEBI 2014 Izla Mayuni menyebutkan ada
perkembangan menarik dari perlombaan di tahun ketiga penyelenggaraannya, yaitu
peningkatan jumlah peserta. “Tahun 2014 ini jumlah peserta meningkat hampir dua
kali lipat dari jumlah peserta tahun 2013. Ini wujud kecintaan terhadap Seni
dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang harus dijunjung tinggi,”
kata Izla Mayuni.
Bagaimana dengan OSEBI 2015? Bersiaplah secara lebih baik. Mari
saling berlomba mengasah potensi untuk mengukir prestasi di bidang seni dan
bahasa Indonesia ini. *** (Dari berbagai sumber. Foto: jurnas.com).
Selanjutnya, ikuti Majalah SINARA versi cetak edisi
September-Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar