Majalah "Prestasi Anak Nusantara"

Sabtu, 20 Desember 2014

Tari Yospan: Media Keakraban Orang Papua



Dua pancar gas, dua pancar keliling kota, kota Jakarta.
Dua pancar gas, dua pancar keliling kota, kota Jakarta.

Begitulah di antara syair lagu yang didendangkan dalam aksi ceria Tari Yosim-Pancar (Yospan) di kampung-kampung di Papua, khususnya di daerah Biak-Numfor. Semula, Yospan merupakan tarian sakral yang kemudian bergeser menjadi tarian pergaulan masyarakat Biak dan Yapen Waropen. Awalnya, tarian ini terpisah sebagai dua tarian: Tari Yosim dan Tari Pancar. Dalam perkembangannya, dua tarian ini digabung menjadi satu, Yosim Pancar, yang kemudian populer menjadi Tari Yospan.

Antropolog Enos Rumansara, dalam penelitiannya yang berjudul Tari Yosim Pancar dan Pergeseran Nilai Religius Tari Tradisional Orang Biak, menjelaskan tarian-tarian khas atau yang sakral dari masyarakat Biak-Numfor mengalami pergeseran-pergeseran nilai, dari tarian religius menjadi tarian-tarian bersifat kontemporer sesuai perkembangan zaman. Kalau masyarakat di Sarmi lebih mengenal tarian Lemon Nipis, maka masyarakat Wamena juga punya Sekise. Lalu masyarakat Suku Dani, Mee dan Nduga, mengenal tarian Tup dan Tem.

Bila disimak, sebenarnya Tari Yospan ini bukan tarian khas (tradisional) Papua. Namun, lebih sebagai paduan antara gerakan khas Papua yang berkembang sesuai dengan peradaban zaman. Bahkan, para pengamat budaya menyebutnya sebagai tarian kontemporer. Alat musiknya pun bermacam-macam. Ada yang asli Papua, ada pula yang dari luar Papua. Kebanyakan anak-anak muda dari Biak-Numfor suka membuat gitar, juk dan stand bass dari kayu susu.

Perangkat musik yang digunakan pada Tari Yospan sangat sederhana. Terdiri dari Ukulele (Juk) dan Gitar yang merupakan alat musik dari luar Papua. Lalu, ada alat musik stand bass yang berfungsi sebagai Bas dengan tiga tali. Tali Bas biasa dibuat dari lintingan serat sejenis daun pandan yang banyak ditemui di hutan-hutan daerah pesisir Papua. Stand bass ini ada yang berbentuk bulat seperti Gitar tetapi ada pula yang berbentuk kotak. Pemain Bas dalam Tari Yospan menjadi salah satu daya tarik tersendiri karena pemain Bas bisa memetiknya dengan menggunakan jari atau juga mengetok-mengetok pakai tangan atau sendal jepit.

Lantas ada Tifa, alat musik gendang khas tradisional di daerah pesisir Tanah Papua. Kemudian, sebagai alat perkusi ada labu kering yang diisi dengan manik-manik atau batu kerikil yang disebut Kalabasa. Alat ini cukup dimainkan dengan cara menggoyang-goyangkan agar bunyi perkusi menjadi padu dengan bas.

Gerakan Pancar yang berasal dari Biak biasanya hanya diiringi Tifa. Sedangkan gerakan Yosim lebih banyak disesuaikan dengan hentakan Tifa dan Bas. Pemukul Tifa biasa menggerakkan badan sambil mengangkat Tifa ke udara sembari memegangnya.


(Lebih lanjut simak di Majalah SINARA edisi cetak No.02/I/2014 November-Desember 2014. Dapatkan di TB Gramedia, TB Gunung Agung, dll. Customer Service: Riwanto Ch. 081317264116; Yoyok W 081312367689).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar