Majalah "Prestasi Anak Nusantara"

Sabtu, 20 Desember 2014

Rengasdengklok: Tugu Kebulatan Proklamasi



Prolog Kemerdekaan RI dari Rengasdengklok

Boleh jadi kita telah melupakan arti penting peristiwa Rengasdengklok yang menjadi semacam daya dorong proklamator Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan RI pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945. Tanpa prolog peristiwa Rengsdengklok dapat saja cerita proklamasi bukan hasil perjuangan bangsa Indonesia tetapi hadiah dari pemerintah pendudukan Jepang. Dan, peristiwa itu bisa kita runut melalui Tugu Kebulatan Proklamasi Rengasdengklok.

Tugu Kebulatan Proklamasi. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 1.500 meter persegi, yang merupakan eks lokasi markas PETA (Pembela Tanah Air), di Kampung Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Lahan monumen berbentuk segitiga. Sudut di bagian timur merupakan jalan masuk ke areal monumen. Di depan jalan masuk adalah jalan raya dari arah Karawang yang membentuk percabangan. Salah satu ruas jalan, yaitu yang berada di sisi utara areal monumen, agak menyerong dari arah timur mengarah ke barat sedikit ke utara. Ruas jalan lainnya dari persimpangan di depan areal monumen ke arah barat daya. Kedua ruas jalan itu sekaligus sebagai batas areal monumen. Sisi belakang monumen berbatasan langsung dengan tanggul Sungai Citarum.

Monumen dibangun tahun 1950. Kemudian pada 1984, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang melakukan pemugaran. Terakhir, pemugaran monumen yang berupa taman dengan bangunan tugu ini dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004).

Setelah memasuki pintu gerbang, terdapat jalan setapak menuju bagian inti monumen. Di bagian depan sisi selatan terdapat tatanan batu yang membentuk angka 17, di tengah merupakan jalan setapak melingkar membentuk angka 8, dan di bagian utara terdapat tatanan batu membentuk angka 45. Tepat di tengah halaman terdapat “Tugu Kebulatan Tekad” yang berdiri di atas batur persegi berukuran 15 x 15 meter. Pada tiap-tiap sudut batur terdapat tugu yang di atasnya terdapat bentuk bambu runcing. Tengah-tengah pada bagian sisi terdapat pula semacam tugu namun tidak dilengkapi bentuk ornamen bambu runcing.

(Lebih lanjut simak di Majalah SINARA edisi cetak No.02/I/2014 November-Desember 2014. Dapatkan di TB Gramedia, TB Gunung Agung, dll. Customer Service: Riwanto Ch. 081317264116; Yoyok W 081312367689).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar