Majalah "Prestasi Anak Nusantara"

Kamis, 12 Maret 2015

Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Film Terbaik 2014




Desember 2014, Festival Film Indonesia (FFI) ke-36 digelar di Palembang, Sumatera Selatan. FFI 2014 mengambil tema “Bangga Film Indonesia”. Tema ini dipilih karena dinilai mampu mewakili semangat perubahan menuju iklim perfilman nasional yang lebih baik.

Tak salah, karena film-film nasional kita memang sudah patut menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Paling tidak, dari total keseluruhan film peserta FFI 2014 yang mencapai 386 judul, memperlihatkan performa itu. Dari jumlah itu, terbagi dalam lima kategori, yaitu Film Bioskop sebanyak 50 judul, Film Televisi 81 judul, Film Pendek 138 judul, Film Animasi 32 judul, Film Dokumenter 85 judul.

Terlebih, pemenang untuk kategori film bioskop, yakni “Cahaya Dari Timur: Beta Maluku“, juga sangat mengesankan, inspiratif dan edukatif. Film ini diangkat dari kisah nyata, bahwa di awal tahun 2000, Sani Tawainela, mantan pemain sepak bola Tim Nasional (Timnas) U-15 di Piala Pelajar Asia 1996 asal Maluku yang gagal menjadi pemain profesional, mengalami guncangan besar dalam hidupnya. Dia sangat prihatin menyaksikan tertembaknya seorang anak dalam kobaran konflik bersaudara di Ambon.

Dari situ, Sani yang telah kembali ke negeri kelahirannya, Tulehu, tidak jauh dari pusat kota Ambon, dan sehari-hari menyambung hidup sebagai tukang ojek, ingin berbuat sesuatu untuk melerai konflik sesuai kemampuannya. Dia mengadakan latihan sepak bola untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari konflik. Dia mengajak Rafi Lestaluhu, mantan pemain sepak bola profesional lainnya yang pulang kampung akibat cidera. Mereka lalu membentuk sekolah sepak bola sederhana.

Di tengah situasi konflik yang kacau dan keterbatasan ekonomi yang dihadapi, Sani terus berusaha melatih anak-anak binaannya. Tahun 2006, kondisi Maluku mulai kondusif, sekolah sepak bola yang dirintis Sani dan Rafi terus berjalan, dan anak-anak binaan mereka mulai tumbuh menjadi pemain sepak bola muda berbakat. Suatu saat Sani dan Rafi mengalami pecah kongsi. Rafi mengklaim bahwa sekolah sepak bola itu adalah miliknya. Sani pun marah, lalu mengundurkan diri.

Dalam suatu kompetisi antar-kampung, Tim Sani berhadapan dengan Tim Rafi di babak final. Tim Rafi jadi juara. Tapi, Sani yang justru terpilih untuk melatih kesebelasan Maluku. Setelah melewati berbagai masalah, tim berangkat mengikuti kompetisi nasional di Jakarta. Tim Maluku yang terdiri dari anak-anak yang berbeda agama itu, akhirnya menjuarai Kejuaraan Nasional U-15.

Chicco Jericho menyabet “Aktor Terbaik” berkat perannya sebagai Sani Tawainela. Sutradara Angga Dwimas Sasongko sekaligus bertindak sebagai produser, bersama penyanyi Glenn Fredly. Film berdurasi 120 menit ini diproduksi oleh Studio Visinema Pictures. Bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, film yang skenarionya ditulis oleh Angga Dwimas Sasongko bersama Irfan Ramli dan Swastika Nohara ini ditayangkan di 100 titik di seluruh Indonesia. Selamat menyaksikan. *** 

(Selanjutnya, simak pada edisi cetak No.03/II/2015 [Maret]. Dapatkan di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Book & Beyond, Koperasi Mahasiswa, dll). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar