Majalah "Prestasi Anak Nusantara"

Rabu, 10 Desember 2014

Gayatri Wailissa, Selamat Jalan Sahabatku



Innalillahi wainnailaihi rajiuun. Kita, bangsa Indonesia umumnya, baru saja kehilangan salah seorang putri terbaik, aset generasi muda, Gayatri Wailissa. Gayatri, 19 tahun, “anak ajaib” yang menguasai belasan bahasa asing ini meninggal dunia Kamis malam 23 Oktober 2014 di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta. Gayatri, yang terakhir mengemban tugas sebagai Duta ASEAN (mewakili Indonesia) di bidang anak, ini meninggal setelah dirawat karena pendarahan otak akibat terjatuh saat olah raga jogging di kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.



Gayatri lahir di “Kota Manise” Ambon 31 Agustus 1995. Putri dari pasangan seniman pembuat kaligrafi Deddy Darwis Wailissa dan ibu rumah tangga Nurul Idawaty. Setelah menamatkan SMP Negeri 2 Ambon, Gayatri melanjutkan ke sekolah unggulan SMA Siwalima Ambon dan lulus tahun 2013. Kepada teman-teman SMA yang memiliki motto “Belajar Adalah Hobiku, Kerja Keras Adalah Tekadku, Sukses Adalah Tujuanku” itu, ia sempat bertutur soal cita-citanya menjadi seorang diplomat, juru bicara Presiden, atau intelijen negara.



Terlahir dari keluarga sederhana tidak menjadi penghalang bagi Gayatri untuk merajut prestasi. Keterbatasan materi keluarga justru melecut semangatnya untuk maju. Ia terus menggali potensi yang ada dalam dirinya. Dan, terbukti, si genius Gayatri yang poligot (menguasai banyak bahasa) ini mampu mengukir segudang prestasi. Di antaranya, semasa SD, “mutiara dari Ambon” ini sudah menjadi Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006. Semasa SMP menjadi Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008.



Prestasi itu kian berderet semasa SMA. Misalnya, Gayatri sukses meraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Astronomi 2012, Juara Karya Tulis Sastra Nasional 2012, menerima anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013 dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan anugerah Kick Andy Young Hero 2014. Ia pun menjadi wakil Indonesia dalam Convention on the Rights of the Child (CRC) tingkat ASEAN di Thailand (2012), dan delegasi Indonesia dalam konferensi anak Asia-Pasifik 2013 di Nepal. Terutama pada forum ASEAN tadi, ia didaulat pula untuk menjadi penerjemah. Di situ, ia dijuluki sebagai “Doktor Cilik”, karena kemampuannya menguasai belasan bahasa asing, seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Mandarin, Italia, Spanyol, Arab, Korea, Jepang, India, Rusia, Thailand, Hindi/India, dan Tagalog.

(Selanjutnya, simak pada edisi cetak No.02/I/2014 [November-Desember]. Dapatkan di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, dll).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar