Selain faktor
meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699
yang mengakibatkan sedimentasi di
sungai-sungai dan kanal-kanal Batavia, Pemerintah Kolonial Belanda sendiri gagal gagal mengembalikan aktivitas
ramah lingkungan di sungai-sungai dan kanal Batavia. Dan, Sungai Ciliwung yang sarat noktah sejarah ini pun merana.
Siapa tak kenal Sungai Ciliwung? Sudut pandang Ciliwung
yang sungguh menakjubkan dengan panorama berlatar Gunung Salak, yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi.
Namun, hulu Ciliwung bukanlah di
Gunung Salak, melainkan berada
di Gunung Pangrango yang ada di
kawasan Puncak, Bogor-Cianjur.
Dari Pangrango itulah Ciliwung bermula. Arus airnya
kemudian mengalir melalui Puncak via Ciawi, lalu ke
barat melewati
Bogor, dan selanjutnya berbelok ke utara
melalui Depok, terus menelusuri Jakarta, hingga akhirnya bermuara ke laut
di Teluk Jakarta. Inilah pemahaman kita pada masa sekarang tentang Sungai
Ciliwung yang saban tahun “mengirim” banjir buat warga Jakarta.
Sedikit
menengok sejarah, sejumlah
kampung di sepanjang aliran Sungai Ciliwung, sekarang
telah bermetamorfose menjadi “kota”. Hal ini dapat ditelusuri
dari peninggalan di beberapa pusat kegiatan masyarakat di
titik-titik daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.
(Lebih
lanjut simak di Majalah SINARA edisi cetak No.02/I/2014
November-Desember 2014. Dapatkan di TB Gramedia, TB Gunung Agung, dll.
Customer Service: Riwanto Ch. 081317264116; Yoyok W 081312367689).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar